Kurikulum 2013: Murid Bingung Belajar Apa
TEMPO.CO, Jakarta - Guru dan siswa di sejumlah sekolah kini sibuk
menyiasati ketiadaan buku paket pelajaran berdasarkan Kurikulum 2013. Guru dan
murid kebingungan karena tahun ajaran baru bergulir sejak Juli lalu.
"Pelajaran lebih susah karena harus aktif, tapi bukunya belum ada,"
kata Farabi Dharma Rizqi Utama, siswa kelas VIII SMP Negeri 161 Jakarta
Selatan, kemarin.
Menurut Farabi, belum tersedianya buku berakibat murid tidak mengetahui materi
apa yang akan dipelajari di kelas. Kesulitan itu berlanjut di rumah karena
tidak ada buku yang bisa digunakan untuk belajar. “Paling hanya mengulang yang
sudah dipelajari di kelas," kata Farabi.\
Hadi Utomo, Wakil Kepala SMP Negeri 161, mengatakan kurikulum baru ini
diterapkan bagi siswa kelas VII dan kelas VIII. Solusi sementara, sekolah
mengambil kebijakan bahwa guru-guru harus berkreasi berdasarkan pelatihan
Kurikulum 2013 sambil menunggu buku paket datang. Hadi belum tahu hingga kapan
harus menunggu. "Dijanjikan segera," katanya. \
Kepala SMA Negeri 48 Jakarta Markorijasti punya cara berbeda. Dia memutuskan
membeli buku dari penerbit lain untuk menyiasati ketidakjelasan kedatangan buku
paket. Menurut dia, pihak sekolah diizinkan beralih ke penerbit selain
perusahaan pemenang lelang yang telah ditunjuk, yaitu PT Aksara Grafika Pratama
dan PT Intermasa. \
Perusahaan yang pertama disebutkannya belum kelar mencetak 660 eksemplar buku
mata pelajaran agama Islam, Kristen, dan Katolik untuk siswa dan 160 eksemplar
buku untuk 16 mata pelajaran pegangan guru. Adapun Intermasa belum memenuhi
sisa kewajibannya menyediakan buku mata pelajaran seni dan budaya sebanyak 317
eksemplar untuk siswa dan guru. "Mereka sudah meminta kami membayar. Tapi
buku harus dikirim dulu, baru kami mau bayar," kata Markorijasti.
Cara yang sama ditempuh SMA Negeri 95 Kalideres, Jakarta Barat. Bahkan
pengadaannya dengan cara fotokopi. "Kami fotokopi agar tidak kurang
bukunya," ujar Herman Syafrie, kepala sekolah itu, sambil menambahkan
bahwa sebelumnya siswanya belajar tanpa buku dan cuma menerima materi dari
guru.
Ketua Kelompok Kerja Buku Kurikulum 2013 Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa (LKPP), Yulianto, mengungkapkan tak semua perusahaan percetakan
pemenang tender pengadaan buku Kurikulum 2013 sanggup menyelesaikan kontraknya.
Dia menyalahkan sistem pembayaran lewat dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah),
yang menjadikan percetakan harus mengeluarkan modal sangat besar di awal. “Nah,
untuk percetakan yang tak memiliki modal besar, tak sanggup memproduksi sesuai
kontrak. Akibatnya, proses percetakan tersendat.”
Pekan lalu, LKPP menghubungi sejumlah perusahaan percetakan lain dan
menyodorkan kontrak baru untuk mengerjakan sekitar 1,9 juta buku tingkat SD dan
10 juta buku untuk SMP serta SMA. Dengan pengalihan itu, Yulianto memprediksi,
distribusi kekurangan buku baru akan selesai September mendatang.
sumber : http://www.tempo.co/read/news/2014/08/14/079599482/Kurikulum-2013-Murid-Bingung-Belajar-Apa
Menurut Farabi, belum tersedianya buku berakibat murid tidak mengetahui materi apa yang akan dipelajari di kelas. Kesulitan itu berlanjut di rumah karena tidak ada buku yang bisa digunakan untuk belajar. “Paling hanya mengulang yang sudah dipelajari di kelas," kata Farabi.\
Hadi Utomo, Wakil Kepala SMP Negeri 161, mengatakan kurikulum baru ini diterapkan bagi siswa kelas VII dan kelas VIII. Solusi sementara, sekolah mengambil kebijakan bahwa guru-guru harus berkreasi berdasarkan pelatihan Kurikulum 2013 sambil menunggu buku paket datang. Hadi belum tahu hingga kapan harus menunggu. "Dijanjikan segera," katanya. \
Kepala SMA Negeri 48 Jakarta Markorijasti punya cara berbeda. Dia memutuskan membeli buku dari penerbit lain untuk menyiasati ketidakjelasan kedatangan buku paket. Menurut dia, pihak sekolah diizinkan beralih ke penerbit selain perusahaan pemenang lelang yang telah ditunjuk, yaitu PT Aksara Grafika Pratama dan PT Intermasa. \
Perusahaan yang pertama disebutkannya belum kelar mencetak 660 eksemplar buku mata pelajaran agama Islam, Kristen, dan Katolik untuk siswa dan 160 eksemplar buku untuk 16 mata pelajaran pegangan guru. Adapun Intermasa belum memenuhi sisa kewajibannya menyediakan buku mata pelajaran seni dan budaya sebanyak 317 eksemplar untuk siswa dan guru. "Mereka sudah meminta kami membayar. Tapi buku harus dikirim dulu, baru kami mau bayar," kata Markorijasti.
Cara yang sama ditempuh SMA Negeri 95 Kalideres, Jakarta Barat. Bahkan pengadaannya dengan cara fotokopi. "Kami fotokopi agar tidak kurang bukunya," ujar Herman Syafrie, kepala sekolah itu, sambil menambahkan bahwa sebelumnya siswanya belajar tanpa buku dan cuma menerima materi dari guru.
Ketua Kelompok Kerja Buku Kurikulum 2013 Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa (LKPP), Yulianto, mengungkapkan tak semua perusahaan percetakan pemenang tender pengadaan buku Kurikulum 2013 sanggup menyelesaikan kontraknya. Dia menyalahkan sistem pembayaran lewat dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), yang menjadikan percetakan harus mengeluarkan modal sangat besar di awal. “Nah, untuk percetakan yang tak memiliki modal besar, tak sanggup memproduksi sesuai kontrak. Akibatnya, proses percetakan tersendat.”
Pekan lalu, LKPP menghubungi sejumlah perusahaan percetakan lain dan menyodorkan kontrak baru untuk mengerjakan sekitar 1,9 juta buku tingkat SD dan 10 juta buku untuk SMP serta SMA. Dengan pengalihan itu, Yulianto memprediksi, distribusi kekurangan buku baru akan selesai September mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar